Hujan Kali ini

Hujan kali ini Tak membuat basah seluruh bumi Tak membuat ciut seluruh nadi Tak membuat ngeri sebuah abadi Hujan kali ini Membuat bunyi semua litani Membuat merdu sebuah simfoni Membuat kita berani bermimpi Hei lihat, ada Pria hujan sedang bersenandung merdu Merapatkan barisan demi baris lagu-lagu Memberikan sentuhan kecil pada sesuatu Untuk bulir-bulir yang sedang…

Krucuk.. Krucuk… krucuk…

Krucuk…krucuk…krucuk… Husttt.. Diam kataku!!! Krucuk…krucuk…krucuk… … Beliau kembali meracau Mencoba mengedipkan genit di setiap menit Mencoba merangkul-rangkul sembari memukul Menunggu sebuah kata terlontar keluar dari perbendaharaan kata Makaann !!! ini yang ditunggunya Ah, baru saja habis disatapnya Hidangan sederahan dalam tutup kedap Beraromakan rempah dan sedikit pedas Menunggu santapan pertama yang membuat kebas Perut ini…

Aaah… Hujaann…

Wahai hujan, Tanpa permisi engkau datang seketika Memerangkap segala jenis rasa di dalam zona Membuat kami kelaparan menunggu harap yang sekejap Membuat matahari merasa dipunggungi Wahai hujan, Mengapa sihirmu sungguh mempesona Seketika merubah wajah muram bumi Seketika mengubah gerah panas prahara Seketika membuat bumi penuh dengan kata-kata Mengalir deras bak luncuran tubuhmu yang mendera-dera Mendera…

Sudahkah Kata menyapamu hari ini?

Pagi ini bukan matahari yang pertama menyapa mata Adalah kata yang membuatku beranjak dari tempat tidur Sejenak mengantuk-ngantuk Sejenak terkantuk-kantuk Termangu menunggu semangat mengumpul dan mengepul Katanya pagi ini, “Selamat pagi..”   Menjelang siang kata kembali menyapa Sekedar untuk mengingatkan betapa pentingnya hidup Sekedar mengingatkan betapa berartinya hidup Kata membuatku berkaca, bahwa hari tiada berarti…

Aku takkan pernah lupa cara bahagia

Aku belum lupa cara bahagia Dengan selembar uang kusut berwajah sangar pattimura Aku tidak lupa cara bahagia Dengan hanya menabur serpihan garam dalam sesuap Aku tidak akan pernah lupa cara bahagia Dengan segenggam harap akan sebuah pagi dan hari Dengan setiap genggam doa yang penuh kekusyukan Dengan seglegek syukur yang melegakan dahaga Aku tak akan…

Pada Akhirnya…

Pada akhirnya kita harus berhenti bermimpi, Untuk bangun mengejar mimpi Pada akhirnya kita harus berhenti meratap, Untuk bersegera menata langkah Pada akhirnya kita harus berhenti mengidolakan seseorang, Untuk bersegera menginspirasi seseorang Pada akhirnya kita harus berhenti untuk mengeluh, Untuk bersegera menjalani masa kini dan merangkai masa depan Dan pada akhirnya kita harus berhenti bersikap angkuh…

Kamu, Kita, Cinta

Cinta adalah Perjalanan menapak selangkah demi selangkah dalam genggaman tangan dan hati Kamu adalah masa yang membuatku inginmenghentikan waktu untuk  mewujudkan rasa Kita adalah senyum lengkung sempurna yang mencandu yang menular melalui tatap Kita adalah sekumpulan rindu yang harus taat saat bertemu Kita adalah sebirat rasa yang dipertemukan oleh waktu dan selalu diuji oleh rindu…

Anugrah terbaik: Waktu

Waktu adalah anugrah terbaik Yang seringkali berlalu seperti angin Yang seringkali dicari seperti cahaya Waktu adalah masa yang terpercaya Terpercaya untuk dapat mensyukuri Terpercaya untuk dapat meresapi Waktu adalah untaian perjalanan Perjalanan menembus masa depan Perjalanan menatap masa lalu Waktu adalah saat ini Waktu adalah kumpulan kegagalan masa lalu Waktu adalah harap akan masa depan…

Jam Pulang

Pulang…Pulang…Pulang pekik mereka girang Pulang! Pulang! Pulang! Suruh mereka senang … Oke, pulang… Lantas? Lantas segera menuju gerombolan berjejer yang selalu menggerang kejam menerjang kejamnya ibukota Lantas segera menghilang kabur dari rutinitas dan tugas yang mencekik perut yang kelaparan menghilang menuju perlahan Oke, pulang… Lalu? Lalu melihat waktu berlalu dibawah teriknya rembulan malam yang membelai lembut…

Sang Penulis

Ada dua pena tergeletak di meja satu pena bernama kehidupan satu pena bernama cinta sang penulis mengambil sebuah buku kosong tanpa nama dan kata satupun di dalamnya hanya berupa lembaran kertas putih yang siap untuk disiksa dengan coretan, robekan dan hujaman tinta Pena pertama digoreskan secara manis di buku itu kata pertama yang ditulisnya adalah…

Surat Untuk AL

Hai Al, Lama tak dengar kabarmu Apa kabarmu disana Disini hiruk pikuk membuat kami lelah Hingar bingar membuat kami bosan Kota membuat kami terus terjaga Hai Al, Ingin rasanya aku kembali Menikmati sapuan angin yang menyentuh rambut Melihat matahari pagi terbit di timur Menggapai bayang pohon bercabang Menikmati bau embun yang menyentuh tanah Hai Al,…

Rasa.Rindu.Rona

Untuk Rasa, Hembusan ufuk timur Sapuan matahari pagi Halus deburan debu Sengat semburan uap Silau hamparan keindahan   Untuk Rindu, Bersama membangun tenda Bersama memasak rasa Bersama menerjang angin Bersama melukis senja Bersama tertawa lepas   Untuk Rona, Kilau gemilang matahari Putih lembut asap kabut Putih kasar hamparan pasir halus Hitam pekat kayu terbakar Warna…